Skip to main content

Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan

I. Masyarakat Perkotaan
a. Pengertian Masyarakat
Dalam pengertian sosiologi, masyarakat ridak dipandang sebagai suatu kumpulan individu-individu semata. Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia hidup bersama. Masyarakat merupakan suatu sistem yang terbentuk karena hubungan anggota-anggotanya. Dengan kata lain, masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari kehidupan bersama manusia, yang lazim disebut dengan sistem kemasyarakatan. Emile Durkheim (1951) menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu kenyataan yang obyektif secara mandiri, bebas dari individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya. Cara yang baik untuk mengerti tentang masyarakat adalah dengan menelaah ciri-ciri pokok dari masyarakat itu sendiri. Sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok, yaitu:
  1. Manusia yang hidup bersama: Secara teoritis, jumlah manusia yang hidup bersama itu ada dua orang. Di dalam ilmui lmu sosial, khususnya sosiologi, tidak ada suatu ukuran yang mutlak atau angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada.
  2. Bergaul selama jangka waktu cukup lama
  3. Adanya kesadaran, bahwa setiap manusia merupakan bagian dari satu kesatuan.

b. Syarat Menjadi Masyarakat
Untuk membentuk suatu perkumpulan atau yang biasa disebut dengan masyarakat harus memenuhi syarat sebagai berikut:
  1. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan.
  2. Adanya timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lainnya.
  3. Adanya suatu faktor yang dimiliki bersama, sehinga hubungan antara mereka berambah kuat.
  4. Berstruktur dan mempunyai pola perilaku
  5. Bersistem dan berproses.

c. Pengertian Masyarakat Perkotaan
Masyarakat berasal dari istilah bahasa Arab yaitu syareha, yang berarti ikut serta atau partisipasi. Menurut Parsudi Suparlan yang dikutip Dr. Awan Mutakin (2000:1), Masyarakat sebagai suatu satuan kehidupan sosial manusia, menempati wilayah tertentu yang keteraturan dalam kehidupan sosial tersebut telah dimungkinkan oleh adanya seperangkat pranata sosial yang telah menjadi tradisi dan kebudayaan yang mereka miliki bersama. Meskipun dalam prakteknya orang telah mengetahui dan mengerti wujud dari kota dan biasanya dapat dengan cepat membedakan mana kota dan desa. Berdasarkan hasil musyawarah pimpinan badan kerja sama antar kota Praja seluruh Indonesia tahun 1969 di Bukittinggi disepakati pengertian kota sebagai berikut: "Kota adalah kelompok orang-orang dalam jumlah tertentu, hidup dan bertempat tinggal bersama dalam satu wilayah geografis tertentu berpola hubungan rasional, ekonomi dan individualistis." (B.N. Marbun, 1979: 22-23).
Menurut R. Bintarto (1989 : 36) kota dari segi geografis dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejaia pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya.
Dengan demikian masyarakat perkotaan merupakan satuan kehidupan sosial manusia, menempati wilayah yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwamai dengan strata sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejaia pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya dengan keteraturan dalam kehidupan sosial tersebut telah dimungkinkan oleh adanya seperangkat pranata sosial yang telah menjadi tradisi dan kebudayaan yang mereka miliki bersama.

d. Dua Tipe Masyarakat
Apabila kita berbicara tentang masyarakat, terutama kika kita mengemukakannya dari segi antropologi, maka kita mempunyai kecenderungan untuk melihat dua tipe masyarakat, yaitu:
  1. Masyarakat kecil yang belum begitu kompleks, yang belum mengenal pembagian kerja, belum mengenal struktur dan aspek-aspeknya masih dapat dipelajari sebagai satu kesatuan.
  2. Masyarakat yang sudah kompleks, yang sudah jauh menjalankan spesialisasi dalam segala bidang karena ilmu pengetahuan modern dan teknologi sudah maju, dan sudah mengenal tulisan. Satu masyarakat yang sulit diselidiki dengan baik dan didekati sebagian saja.

e. Ciri-Ciri Masyarakat Perkotaan
  1. Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan karena memang kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja.
  2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada orang lain (Individualisme).
  3. Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
  4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota.
  5. Jalan kehidupan yang cepat di kota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan individu.
  6. Perubahan-perubahan tampak nyata di kota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.
II. Masyarakat Pedesaan
a. Pengertian Desa
Desa dalam pengertian umum adalah sebagai suatu gejala yang bersifat universal, terdapat di mana pun di dunia ini, sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal (secara menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, dan yang terutama yang tergantung pada sektor pertanian. Pengertian desa secara umum lebih sering dikaitkan dengan pertanian. Misalnya, Egon E. Bergel (1955: 121), mendefinisikan desa sebagai “setiap pemukiman para petani (peasants)”. Sebenarnya, faktor pertanian bukanlah ciri yang harus melekat pada setiap desa. Ciri utama yang terlekat pada setiap desa adalah fungsinya sebagai tempat tinggal (menetap) dari suatu kelompok masyarakat yang relatif kecil. Sementara itu Koentjaraningrat (1977) memberikan pengertian tentang desa melalui pemilahan pengertian komunitas dalam dua jenis, yaitu komunitas besar (seperti: kota, negara bagian, negara) dan komunitas kecil (seperti: band, desa, rukun tetangga dan sebagainya). Dalam hal ini Koentjaraningrat mendefinisikan desa sebagai “komunitas kecil yang menetap tetap di suatu tempat” (1977:162). Koentjaraningrat tidak memberikan penegasan bahwa komunitas desa secara khusus tergantung pada sektor pertanian. Dengan kata lain artinya bahwa masyarakat desa sebagai sebuah komunitas kecil itu dapat saja memiliki ciri-ciri aktivitas ekonomi yang beragam, tidak di sektor pertanian saja. Selanjutnya, menurut Paul H. Landis (1948:12-13), seorang sarjana sosiologi perdesaan dari Amerika Serikat, mengemukakan definisi tentang desa dengan cara membuat tiga pemilahan berdasarkan pada tujuan analisis. Untuk tujuan analisis statistik, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya kurang dari 2500 orang. Untuk tujuan analisa sosial-psikologi, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan serba informal di antara sesame warganya.  Sedangkan untuk tujuan  analisa ekonomi, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya tergantung kepada pertanian.

b. Ciri-Ciri Desa
1. Menurut Lowrrey Nelson
  • Mata pencaharian: agraris homogen
  • Ruang kerja: terbuka, terletak di sawah, ladang dsb
  • Musim/cuaca: sangat penting untuk tentukan musim tanam/panen
  • Keahlian/ketrampilan: umum dan merata untuk setiap orang
  • Kesatuan kerja keluarga: sangat umum
  • Jarak rumah dengan tempat kerja: berdekatan
  • Kepadatan penduduk: rendah/sedikit
  • Besarnya kelompok: sedikit/kecil
  • Kontak sosial: sedikit/pribadi
  • Rumah: tradisional/pribadi
  • Lembaga/institusi: kecil/sederhana
  • Kontrol sosial: adat istiadat, kebiasaan
  • Sifat dari kelompok: bergerak dari kegiatan primer
  • Mobilitas penduduk: rendah
  • Status sosial: stabil
  • Stratifikasi sosial: sedikit

2. Menurut Soerjono Soekanto:
  • Kehidupan masyarakat sangat erat dengan alam
  • Kehidupan petani sangat bergantung pada musim
  • Desa merupakan kesatuan sosial dan kesatuan kerja
  • Struktur perekonomian bersifat agraris
  • Hubungan antar anggota masyarakat desa berdasar ikatan kekeluargaan
  • Perkembangan sosial relatif lambat
  • Kontrol sosial ditentukan oleh moral dan hukum informal
  • Norma agama dan adat masih kuat

3. Ciri-ciri desa di Indonesia
  • Masyarakatnya sangat dekat dengan alam
  • Kehidupan petani sangat bergantung dengan musim
  • Merupakan kesatuan sosial dan kesatuan kerja
  • Jumlah penduduk relatif kecil dan wilayah relatif luas
  • Struktur ekonomi masyarakat dominan agraris
  • Ikatan kekeluargaan erat
  • Kontrol sosial ditentukan oleh nilai moral dan hukum internal/ hukum adat
  • Proses sosial berjalan lambat
  • Penduduk berpendidikan rendah

4. Menurut Dirjen Bangdes (Pembangunan Desa)
  • Perbandingan lahan dengan manusia (man-land ratio) cukup besar artinya lahan di pedesaan relatif luas dari pada jumlah penduduk, sehingga kepadaatan penduduknya masih rendah.
  • Lapangan kerja yang dominan agraris
  • Hubungan warga desa akrab
  • Tradisi lama masih berlaku
c. Unsur-Unsur Desa
Menurut Bintarto dalam Daljoeni (1986), dalam pembentukan sebuah desa terdapat tiga unsur pokok yaitu:
  1. Daerah atau wilayah yang merupakan tempat tinggal dan tempat beraktifitas. Dareah dalam arti tanah-tanah pekarangan dan pertanian beserta penggunaannya. Termasuk aspek lokasi, luas, batas, yang kesemuannya merupakan aspek geografis wilayah setempat
  2. Penduduk, terkait dengan kualitas dan kuantitasnya. Penduduk disini meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, penyebaran serta mata pencariannya
  3. Tata kehidupan atau aturan-aturan yang berhubungan langsung dengan  keadaan masyarakat dan adat istiadat setempat.
d. Fungsi Desa
  1. Desa sebagai hinterland (pemasok kebutuhan bagi kota)
  2. Desa merupakan sumber tenaga kerja kasar bagi perkotaan
  3. Desa merupakan mitra bagi pembangunan kota
  4. Desa sebagai bentuk pemerintahan terkecil di wilayah Kesatuan Negara Republik Indonesia
III. Perbedaaan antara Masyarakat Pedesaan dengan Masyarakat Perkotaan
Tabel Perbandingan Karekteristik Desa dan Kota
(Roucek dan Warren, 1962)
Karakterisrik Desa
Karakteristik Kota
1.       Besarnya peranan kelompok primer
2.       Faktor geografik yang menentukan sebagai dasar pembentukan kelompok/asosiasi
3.       Hubungan lebih bersifat intim dan awet
4.       Homogen
5.       Mobilitas sosial rendah
6.       Keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi
7.       Populasi anak dalam proporsi yang lebih besar
1.       Besarnya peranan kelompok sekunder
2.       Anonimitas merupakan ciri kehidupan masyarakatnya
3.       Heterogen
4.       Mobilitas sosial tinggi
5.       Tergantung pada spesialisasi
6.       Hubungan antara orang satu dengan yang lebih didasarkan atas kepentingan dari pada kedaerahan
7.       Lebih banyak tersedia lembaga atau fasilitas untuk mendapatkan barang dan pelayanan
8.       Lebih banyak mengubah lingkungan

















IV. Mini Story about My Hometown
Bandar Lampung, sebenarnya bukan menjadi kampung halaman ataupun tanah kelahiran saya. Namun karena kedua orang tua saya berasal dari provinsi yang dikelilingi laut itu, Lampung mau tidak mau menjadi 'kampung halaman' saya. Tidak seperti Jakarta yang merupakan salah satu kota besar yang pembangunannya dapat kita jumpai dengan mudah, Lampung terus berupaya bergerak maju. Melakukan beberapa pembangunan dengan menonjolkan ciri khas 'perkotaan'. Dilihat dari segi pariwisata, Lampung sangat terkenal dengan wisata pantai dan laut karena memang Bandar Lampung dikelilingi banyak sekali pulau-pulau kecil. Pantainya pun sangat indah, terutama pantai-pantai yang belum banyak orang tahu. Bila dipikir-pikir lagi, untuk saya yang terbiasa hidup di lingkungan perkotaan, Lampung bukanlah kota yang cukup menarik walaupun suasananya sangat tenang dan teduh. Namun, ada satu hal yang membuat saya sangat menyukai Lampung. Semua bangunan di Lampung, baik itu bangunan kecil maupun bangunan besar, diwajibkan memasang apa yang menjadi ciri khas provinsi Lampung, yaitu siger. Sedikit penjelasan agar pembaca yang tidak tahu apa itu siger, tidak bingung. Siger adalah mahkota yang termasuk aksesoris utama dari pakaian adat Lampung. Besar dan mewah, begitulah gambaran yang bisa saya berikan. Oh iya, apabila kita kunjungi daerah-daerah lain di provinsi Lampung yang masih belum terlalu terpengaruh oleh 'virus kota', masih banyak penduduk di Lampung yang mempertahankan bentuk asli rumah tradisional mereka, yaitu Rumah Panggung. Unik sekali. Sekian cerita mengenai Lampung. Apabila ada kesempatan, mampirlah ke Lampung dan lihatlah cantiknya pemandangan kota dan laut dari atas bukit-bukit (di Lampung banyak gunung dan bukit). 

Sumber
Wikipedia
Makalah Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan Universitas Indraprasta PGRI

Comments

Popular posts from this blog

Reading 4 the 8th Meeting

Dracula - Chapter 1 The Road to Castle Dracula   My name is Jonathan Harker. I am a lawyer and I live in London. About seven years ago, some strange and terrible things happened to me. Many of my dear friends were in danger too. At last we have decided to tell the story of that terrible time. Part of my work is to find houses in England for rich people who live in foreign countries. At the beginning of 1875, I received a letter from Transylvania, a country in Eastern Europe. The letter was from a rich man called Count Dracula. He wanted to buy a house near London.   The Count ask me to find him an old house with a large garden. The price of the house was not important. I found him a large, old house to the east of London. I wrote to the Count and he agreed to buy it. There were many papers which he had to signs. To my surprise, Count Dracula invited me to visit him in his castle in Transylvania. ‘Bring the papers with you,’ he wrote in his letter. ‘I can sign them here.’   I

Heal the World

Mungkin...ini sudah sangat terlambat untuk mengatakan lagu Heal the World yang dinyayikan Michael Jackson mengandung pesan dan makna yang sangat dalam, tapi tak ada salahnya saya mengatakan apa yang saya pikirkan ketika saya -setelah sekian lama- mendengarkan kembali lagu ini sambil membaca liriknya. And the dream we were conceived In Will reveal a joyful face And the world we once believed in Will shine again in grace Then why do we keep strangling life Wound this earth Crucify its soul Though it's plain to see This world is heavenly be God's glow Bumi ini semakin hancur dan rusak. Penghuninya kini sudah semakin tak peduli dengan kondisi bumi yang sangat memprihatinkan. Di luar keadaan lingkungannya, manusia terus saling pamer kekuasaan, harta, uang dan sebagainya. Saling menghancurkan ras dan agama secara perlahan dan sembunyi-sembunyi, atau terang-terangan dan membuat seluruh dunia heboh dengan caranya yang membabi buta. Kemana perginya manus

Pengorganisasian dan Revisi Pesan-Pesan Bisnis

A. Pengorganisasian Melalui Outline Dibutuhkan dua proses tahapan  untuk mencapai pengorganisasian yang baik,  yaitu: 1. Mendefinisikan dan mengelompokan ide-ide: memutuskan apa yang harus dikatakan adalah masalah mendasar bagi setiap komunikator yang harus dipecahkan. Jika materinya memang lemah dan tidak memiliki suatu gaya yang menarik, fakta yang ada akan kabur. Cepat atau lambat, audiens akan menimpulkan bahwa komunikator benera-benar tidak mempunyai sesuatu yang bernilai sedikit pun. Apakah dengan menelepon, membuat tiga paragraph surat, atau menulis laporan dua ratus halaman, akan dimulai dengan mendefinisikan isi materinya. Semakin panjang dan kompleks, semakin penting tahap pertama ini. Apabila menyusun pesan yang panjang dan kompleks, outline sangat diperlukan dan menjadi penting artinya. Mengapa demikian? Hal ini karena dengan adanya outline akan membantu komunikator memvisualisasikan hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Di samping itu, outline j