Skip to main content

World of Lantern

Tadinya, saya berencana menuliskan pengalaman pertama saya jalan-jalan bersama ketiga sahabat unik saya ke gedung Metro TV untuk menyaksikan acara (taping) Mario Teguh Golden Ways yang berjudul Honey, Bukan Madu, kemudian sepulangnya dari gedung Metro TV kami lanjutkan perjalanan ke Mall Gading. Tapi karena suatu alasan yang mungkin sedikit aneh (but for me it's a big deal), saya tidak jadi menuliskan cerita ini. Sebagai gantinya, saya mengunjungi Summarecon Mall Bekasi (SMB) untuk menikmati wisata kuliner dan wisata lampion.

Deadline untuk mengumpulkan tugas sudah semakin dekat, sedangkan saya belum buat sama sekali sampai detik saya mengetik kalimat-kalimat ini. Seperti yang sudah saya jelaskan di paragraf pertama karena suatu alasan konyol saya berubah pikiran untuk mencari wisata lain. Walhasil, Summarecon menjadi pilihan kedua dan terakhir saya (saya juga belum pernah mengunjugi SMB jadi saya rasa tidak masalah jika saya sedikit 'wisata' ke SMB). Ditemani Mama saya, kami berdua pada Kamis malam tanggal 24 April 2014, mengunjungi SMB untuk menyaksikan taman lampion. Perjalanan menuju SMB dari rumah saya cukup dekat, hanya butuh waktu 10-15 menit untuk sampai ke sana menggunakan motor atau mobil.

Sesampainya di SMB, kami langsung menuju tempat parkir motor yang ternyata ada di bagian belakang mall. Pukul 08.00, dan parkiran motor masih padat bahkan cukup rapat, pengunjung SMB masih terus berdatangan. Mengingat tujuan awal kami yaitu melihat taman lampion, kami bergegas masuk ke SMB dan keluar lagi lewat pintu depan. Flashback sedikit. Saat di dalam SMB, harus saya akui, SMB adalah mall mewah kelas atas, setara dengan mall-mall mewah di daerah Jakarta dan saya nyaris tersedak saat melihat harga bolero yang saya taksir senilai 1 juta lebih (oh my gosh, it is not even a gown). Now back to lantern. Ketika kami akhirnya sudah berada di luar mall, tepatnya di teras mall, ternyata di situ keramaiannya bisa dibilang mencapai 90% mengingat hari itu adalah hari kerja dan (seharusnya) sudah mulai memasuki jam tutup mall. 

World of Lantern, begitulah judul yang diberikan pihak SMB untuk taman lampion yang kami kunjungi, berada di halaman terluar SMB. Sebelum memasuki taman lampion, kami disambut Pasar Senggol yaitu tempat untuk berwisata kuliner a'la usaha kecil menengah. Kami sempat berpikir untuk berwisata kuliner saja, tapi sayangnya, sebelum pergi kami sudah mengisi perut kami, jadi kami tidak jadi wisata kuliner (T__T). Akhirnya, pintu masuk menuju World of Lantern sudah sangat di depan mata, tapi sebelum masuk ternyata kami harus membeli tiketnya dulu. Untuk hari Senin sampai Jumat, HTM World of lantern Rp 25.000/orang. Sedangkan untuk hari Sabtu, Minggu, dan hari libur HTM Rp 30.000/orang (lucky me heheh). Tiket sudah dibeli dan sudah diserahkan ke petugas tiket, lalu kami melangkah masuk ke dalam World of Lantern.

Saya suka lampu dan segala kegemerlapan dan keindahannya. Ketika lampu-lampu dihias dan ditata sedemikian rupa, maka akan menghasilkan keindahan yang sulit diungkapkan. Naah...karena saya berada di tempat yang penuh dengan cahaya lampu, mungkin akan lebih baik jika para pembaca menyaksikan sendiri bagaimana suasana keindahan lampion dalam keheningan malam lewat foto-foto di bawah ini :)











Bagaimana? Tertarik untuk datang langsung ke taman lampion di SMB?  World of Lantern dibuka untuk umum mulai tanggal 17 April 2014 sampai 29 Juni 2014, jam buka mulai pukul 17.00 sampai pukul 24.00 (Senin sampai Jumat buka sampai pukul 23.00)

Setelah puas melihat-lihat dan foto-foto tentunya, kami memutuskan untuk sedikit berwisata kuliner (kuliner memang selalu menggoda ya :D ). Di Pasar Senggol ini, pengunjung menggunakan uang Summarecon. Maksudnya adalah, jika kita ingin membeli sesuatu di Pasar Senggol ini, uang rupiah tidak berlaku dan pengunjung harus memakai uang Summarecon. Yup, cukup seru. Saya menukar uang Rp 50.000 dengan 50 uang Summarecon dan beli sop buah seharga 15 uang Summarecon, Mama saya beli es doger seharga 12 uang Summarecon.


Uang Summarecon
Makan sudah. Lihat lampion sebagai inti perjalanan juga sudah. Sekarang waktunya pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 09.30 namun mall masih ramai seperti baru buka. That's okay...yang penting saya sudah lihat World of Lantern bersama orang yang paling saya sayangi ^^


Brosur Pasar Senggol

Brosur World of Lantern

Comments

Popular posts from this blog

Reading 4 the 8th Meeting

Dracula - Chapter 1 The Road to Castle Dracula   My name is Jonathan Harker. I am a lawyer and I live in London. About seven years ago, some strange and terrible things happened to me. Many of my dear friends were in danger too. At last we have decided to tell the story of that terrible time. Part of my work is to find houses in England for rich people who live in foreign countries. At the beginning of 1875, I received a letter from Transylvania, a country in Eastern Europe. The letter was from a rich man called Count Dracula. He wanted to buy a house near London.   The Count ask me to find him an old house with a large garden. The price of the house was not important. I found him a large, old house to the east of London. I wrote to the Count and he agreed to buy it. There were many papers which he had to signs. To my surprise, Count Dracula invited me to visit him in his castle in Transylvania. ‘Bring the papers with you,’ he wrote in his letter. ‘I can sign them here.’   I

Heal the World

Mungkin...ini sudah sangat terlambat untuk mengatakan lagu Heal the World yang dinyayikan Michael Jackson mengandung pesan dan makna yang sangat dalam, tapi tak ada salahnya saya mengatakan apa yang saya pikirkan ketika saya -setelah sekian lama- mendengarkan kembali lagu ini sambil membaca liriknya. And the dream we were conceived In Will reveal a joyful face And the world we once believed in Will shine again in grace Then why do we keep strangling life Wound this earth Crucify its soul Though it's plain to see This world is heavenly be God's glow Bumi ini semakin hancur dan rusak. Penghuninya kini sudah semakin tak peduli dengan kondisi bumi yang sangat memprihatinkan. Di luar keadaan lingkungannya, manusia terus saling pamer kekuasaan, harta, uang dan sebagainya. Saling menghancurkan ras dan agama secara perlahan dan sembunyi-sembunyi, atau terang-terangan dan membuat seluruh dunia heboh dengan caranya yang membabi buta. Kemana perginya manus

Pengorganisasian dan Revisi Pesan-Pesan Bisnis

A. Pengorganisasian Melalui Outline Dibutuhkan dua proses tahapan  untuk mencapai pengorganisasian yang baik,  yaitu: 1. Mendefinisikan dan mengelompokan ide-ide: memutuskan apa yang harus dikatakan adalah masalah mendasar bagi setiap komunikator yang harus dipecahkan. Jika materinya memang lemah dan tidak memiliki suatu gaya yang menarik, fakta yang ada akan kabur. Cepat atau lambat, audiens akan menimpulkan bahwa komunikator benera-benar tidak mempunyai sesuatu yang bernilai sedikit pun. Apakah dengan menelepon, membuat tiga paragraph surat, atau menulis laporan dua ratus halaman, akan dimulai dengan mendefinisikan isi materinya. Semakin panjang dan kompleks, semakin penting tahap pertama ini. Apabila menyusun pesan yang panjang dan kompleks, outline sangat diperlukan dan menjadi penting artinya. Mengapa demikian? Hal ini karena dengan adanya outline akan membantu komunikator memvisualisasikan hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Di samping itu, outline j