A. Pola Komunikasi Bisnis
Sumber:
1. Purwanto, Djoko. (2003). Komunikasi Bisnis (2nd ed.). Jakarta: Erlangga.
2. Purwanto, Djoko. (2011). Komunikasi Bisnis (4th ed.). Jakarta: Erlangga.
3. Purwanto, Djoko. (1997). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga.
4. Nawangsari, Sri. (1997). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Gunadarma.
Meskipun semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuannya, pendeketan yang dipakai antara satu organisaso dengan organisasi yang lain berbeda-beda. Secara umum, pola komunikasi dikelompokan menjadi saluran komunikasi formal dan nonformal.
1. Saluran komunikasi formal
- Komunikasi dari atas ke bawah (downward/top-down communication)
- Komunikasi dari bawah ke atas (upward/bottom-up communication)
- Komunikasi horizontal (komunikasi lateral)
- Komunikasi diagonal
2. Saluran komunikasi nonformal. Dalam saluran ini orang-orang yang ada dalam organisasi tanpa memperdulikan jenjang hirarki, pangkat dan kedudukan/jabatn, dapat berkomunikasi secara leluasa. Meskipun hal-hal yang mereka perbincangkan biasanya bersifat umum, seperti mengobrol tentang humor yang baru didengar, keluarga, anak-anak, musik, film, dan sebagainya, kadangkala mereka juga bicara hal-hal yang berkaitan dengan situasi kerja dalam organisasinya. Lebih lanjut, banyak orang yang lebih percaya desas-desus yang didapat dari komunikasi informal sebagai sumber informasi dalam suatu organisasi. Mereka tidak lagi menaruh kepercayaan terhadap informasi yang berasal dari para manager organisasi. Sayangnya, informasi yang diperoleh melalui jalur informal seringkali kurang akurat dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan memberikan informasi yang benar secara meluas sesegera mungkin.
1. Saluran komunikasi formal
- Komunikasi dari atas ke bawah (downward/top-down communication)
- Komunikasi dari bawah ke atas (upward/bottom-up communication)
- Komunikasi horizontal (komunikasi lateral)
- Komunikasi diagonal
2. Saluran komunikasi nonformal. Dalam saluran ini orang-orang yang ada dalam organisasi tanpa memperdulikan jenjang hirarki, pangkat dan kedudukan/jabatn, dapat berkomunikasi secara leluasa. Meskipun hal-hal yang mereka perbincangkan biasanya bersifat umum, seperti mengobrol tentang humor yang baru didengar, keluarga, anak-anak, musik, film, dan sebagainya, kadangkala mereka juga bicara hal-hal yang berkaitan dengan situasi kerja dalam organisasinya. Lebih lanjut, banyak orang yang lebih percaya desas-desus yang didapat dari komunikasi informal sebagai sumber informasi dalam suatu organisasi. Mereka tidak lagi menaruh kepercayaan terhadap informasi yang berasal dari para manager organisasi. Sayangnya, informasi yang diperoleh melalui jalur informal seringkali kurang akurat dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan memberikan informasi yang benar secara meluas sesegera mungkin.
B. Mengelola Komunikasi Bisnis
Dua hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan komunikasi, yaitu:
1. Penanganan pesan-pesan rutin
- Mengurangi jumlah pesan
- Memberi instruksi yang jelas
- Mendelegasikan tanggung jawab
- Melatih para penulis dan pembicara
2. Penanganan krisis komunikasi. Mengelola arus pesan-pesan bisnis dari hari ke hari merupakan hal yang biasa, tetapi keterampilan komunikasi baru benar-benar teruji saat muncul krisis komunikasi dalam suatu organisasi. Semakin besar tantangan atau risiko yang harus dihadapi, semakin tinggi tingkat kemampuan atau keterampilan yang dibutuhkan. Krisis komunikasi ini merupakan suatu ajang uji coba keterampilan komunikasi yang cukup menantang.
1. Penanganan pesan-pesan rutin
- Mengurangi jumlah pesan
- Memberi instruksi yang jelas
- Mendelegasikan tanggung jawab
- Melatih para penulis dan pembicara
2. Penanganan krisis komunikasi. Mengelola arus pesan-pesan bisnis dari hari ke hari merupakan hal yang biasa, tetapi keterampilan komunikasi baru benar-benar teruji saat muncul krisis komunikasi dalam suatu organisasi. Semakin besar tantangan atau risiko yang harus dihadapi, semakin tinggi tingkat kemampuan atau keterampilan yang dibutuhkan. Krisis komunikasi ini merupakan suatu ajang uji coba keterampilan komunikasi yang cukup menantang.
C. Masalah Komunikasi dalam Organisasi (lihat kesalahpahaman dalam berkomunikasi)
- Masalah dalam mengembangkan pesan
- Masalah dalam menyampaikan pesan
- Masalah dalam menerima pesan
- Masalah dalam menafsirkan pesan
Sumber:
1. Purwanto, Djoko. (2003). Komunikasi Bisnis (2nd ed.). Jakarta: Erlangga.
2. Purwanto, Djoko. (2011). Komunikasi Bisnis (4th ed.). Jakarta: Erlangga.
3. Purwanto, Djoko. (1997). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga.
4. Nawangsari, Sri. (1997). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Gunadarma.
Comments
Post a Comment